Selasa, 31 Maret 2015

Sejarah Singkat Berdirinya Komunitas Rumput TAKY





Sekitar empat tahun lalu, sekelompok mehasiswa di fakultas sastra dan budaya unkhair yang gelisah dan prihatin melihat kondisi pemuda yang lupa terhadap kebudayaan dan pengetahuan-pengetahuan lokalnya sendiri. Hal ini membuat membuat mereka membentuk sebuah komunitas yang diberi nama ‘Rumput Taky atau Komunitas Taky”. 

Komunitas Taky sendiri  mengusung sebuah prinsip dasar pergerakan yang terdiri dari lima poin yaitu :

1.Pemilik kebudayaan moloku kie raha adalah rakyat sekaligus satu-satunya pencipta kebudayaan 
2.Karya merupakan gerakan pendidikan untuk pemahaman kebudayaan 
3.kualitas Karya harus tertuju kepada realitas yang nyata yaitu kebudayaan 
4.seni dan sastra sebagai jalur berkarya dalam pergerakan dan tidak 5.memandang perbedaan kebudayaan dan slalu menghargai kebudayaan antar sesama.
Maksud dan tujuan rumusan dari prinsip dasar pergerakan Komunitas Taky yaitu untuk bisa membangun kesadaran kepada semua lapisan masyarakat agar bisa mempertahankan kebudayaan atau kearifan-kearifan lokal peninggalan leluhur.
Komunitas Taky sendiri mengutamakan kebersamaan dengan rakyat, belajar bersama rakyat dan menjadikan karya-karya seni sebagai pendidikan dan kampanye yang muda diserap oleh rakyat, semangat gotong royong menjadi ruh untuk hidup di tengah-tengah masyarakat dan berkarya bersama.

Beberapa tahun berjalan banyak aksi-aksi dilakukan, diantaranya aksi sosial dan seni. Komunitas ini membentuk kelompok seni dengan karya-karya yang mengkampanyekan mengenai mempertahankan kebudayaan. Pada tahun 2013, komunitas taky dan beberapa komunitas lainnya melakukan touring untuk pertama kalinya dan melakukan kegiatan budaya di desa Lelilef, Weda Tengah, Halmahera Tengah. Disana juga telah terbentuk sebuah komunitas yang sama tujuannya dengan Taky, yaitu Komunitas Loga-Loga Kreatif yang dibentuk oleh seorang kawan.
Pada tahun 2014 komunitas taky juga melakukan touring di berbagai desa di kabupaten halmahera utara, disana sekaligus membentuk beberapa kelompok atau sanggar seni yang tujuannya sama dengan Taky. Setelah balik dari halmahera, komunitas taky seperti biasa melakukan rutinitas yaitu kajian, pendidikan kebudayaan, pementasan seni dan lain-lain.

Namun kegiatan komunitas sempat vakum dan kurang mulus perjalanannya karena ada kekurang-sepahaman antara beberapa anggota yang membuat hengkangnya komunitas ini. Akhirnya komunitas ini tersisa dua orang¹ yang masih menjalankan aktivitas komunitas.

Sekitar oktober 2014, komunitas Taky sendiri mempunyai anggota baru sekitar lima orang². Kami yang ada kemudian mulai mengorganisir anak-anak di kelurahan gamalama dan mempunyai sekitar 20 anggota baru. Disnilah kami memulai kebangkitan dengan program-program baru, diantaranya perpustakaan dan pelatihan seni. Program ini berjalan agak tersendat karena ada beberapa kekurangan diantaranya mengenai pendanaan.

Pada bulan maret 2015, komunitas taky kembali mengorganisir dan merekrut anggota baru di kawasan pasar yang matoritas anggotanya biasa disebut anak pasar. Pada saat yang sama, Taky meluncurkan sebuah program bernama Literasi Jalanan. Program ini bertujuan untuk 

memfasilitasi pendidikan alternatif (menulis, membaca, berhitung) bagi anak-anak jalanan yang tidak menempuh bangku pendidikan maupun putus sekolah. Hal ini dibuat karena komunitas taky sendiri hidup ditengah hiruk pikuk masyarakat kelas bawah dan umummnya dijalanan, kami melihat bahwa anak-anak banyak yang jauh dari jangkauan pendidikan dan hanya berkeliaran dijalan.
Tepat pada tanggal 22 maret, kami melakukan kegiatan belajar perdana untuk program ini. *

0 komentar:

Posting Komentar