2.1 Pengertian Budaya Tradisional
Kebudayaan
adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat & kemampuan lain serta kebiasaan yang
didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan dikaji
asal kata bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti budi
atau akal. Dalam bahasa latin,
kebudayaan berasal dari kata Colere, yang berarti mengolah tanah. Jadi
kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang
dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah
tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha
manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya didalam
lingkungannya”. Budaya dapat pula diartikan sebagai himpunan pengalaman
yang dipelajari, mengacu pada pola-pola perilaku yang ditularkan secara
sosial tertentu.
Dalam
kehidupan sehari-hari, kita mengartikan kebudayaan sebagai peninggalan
sejarah yang bersifat tradisional. Seperti tarian daerah, alat musik
daerah, senjata tradisional, bahasa daerah, dan lain sebagainya. Di
negara kita, hampir setiap propinsi memilki kebudayaan tradisionalnya
sendiri. Oleh sebab itu negara kita dijuluki negara yang kaya akan
budaya.
2.2 Jenis-jenis Budaya Tradisional
Ada berbagai jenis budaya tradisional yang dimiliki oleh negara kita. Beberapa jenis budaya tradisional tersebut yaitu :
2.2.1 Tarian Tradisional : tarian khas yang memiliki arti penting karena fungsinya yang sangat mengutamakan suatu penghormatan.
2.2.2 Bahasa Tradisional : bahasa daerah yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap daerah .
2.2.3 Pakaian Tradisional : pakaian khas yang berbeda dari daerah satu dengan daerah lain.
2.2.4 Senjata Tradisional : suatu senjata yang digunakan oleh penduduk suatu daerah. Orang jaman dulu sering menyebutnya gaman.
2.2.5 Alat
Musik Tradisional: alat musik yang digunakan untuk mengiringi suatu
lagu daerah atau biayasanya juga digunakan untuk mengiringi tarian
tradisional.
2.2.6 Kesenian Tradisional : sutu kesenian yang berasal dari suatu daerah tertentu dan menunjukkan ciri khas.
2.3 Budaya yang Sudah Mulai Hilang
Perubahan
budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan
dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari
nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma
social merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu
pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar.
Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan
batas-batas budaya setiap bangsa.
Peristiwa
transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap
keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan
bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga
kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang
semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif
tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih
menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan
parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang
bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi.
Kondisi
yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian
tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat
akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk
ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana,
selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian.
Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses
industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi,
maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi
komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan
kehilangan fungsinya.
Pesatnya
laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana
difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan
yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak
tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang
sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian
tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang
Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal
ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk
kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan
moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang
baik, menurut saya. Contoh
lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih
berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang
orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian
tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya
dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai
ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun
demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja
dengan merebaknya globalisasi.
Di
sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah
mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan
mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu
dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional
“Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat. Kenyataan
di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar
tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran
televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau
penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti
mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.
Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir yaitu
wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb
Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset
rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian
stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan
wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat
masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita.
Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian
tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang
kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu
minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum
Nasional.
2.4 Penyebab Budaya Tradisional Hilang
Budaya
nasional yang seharusnya menjadi kebanggaan dan harusnya di pertahankan
sekarang mulai hilang dikarenakan masuknya budaya asing (modern). Kita
sebagai warga negara indonesia yang mempunyai hak penuh atas kebudayaan
tersebut seharusnya melestarikannya bukan malah mengesampingkannya
dengan berbagai alasan seperti takut dibilang ketinggalan jaman, takut dibilang kupper, katrok, dan lain sebagainya.
Jika
ditinjau melalui aspek global, globalisasi menjadi tantangan untuk
semua aspek kehidupan juga yang terkait dengan kebudayaan. Budaya
tradisional yang mencerminkan etos kerja yang kurang baik tidak akan
mampu bertahan dalam era global. Era global menuntut kesiapan kita untuk
siap berubah menyesuaikan perubahan zaman dan mampu mengambil setiap
kesempatan. Budaya tradisional di Indonesia sebenarnya lebih kreatif dan
tidak bersifat meniru, yang menjadi masalah adalah mempertahankan jati
diri bangsa. Sebagai contoh sederhana, budaya gotong royong di Indonesia
saat ini hampir terkikis habis, individual dan tidak mau tahu dengan
orang lain adalah cerminan yang tampak saat ini. Perlu dipikirkan agar
kebudayaan kita tetap dapat mencerminkan kepribadian \bangsa. Kebudayaan
tradisional adalah sebuah warisan luhur.
Dalam
era globalisasi, kebudayaan tradisional mulai mengalami erosi. Orang,
anak muda utamanya lebih senang menghabiskan waktunya untuk mengakses
internet dari pada mempelajari tarian dari kebudayaan sendiri. Orang
akan merasa bangga ketika dapat menuru gaya berpakaian orang barat dan
menganggap budayanya kuno dan ketinggalan. Globalisasi akan selalu
memberikan perubahan, kita lah yang harus meneliti apakah budaya-budaya
tersebut bersifat positif ataupun negatife.
2.5 Cara-cara Untuk Menjaga Kelestarian Budaya Tradisional
Budaya
yang dahulu tak ternilai harganya, kini justru menjadi budaya yang tak
bernilai di mata masyarakat. Sikap yang tak menghargai itu memberikan
dampak yang cukup buruk bagi perkembangan budaya tradisional di negara
kita. Mengapa? Karena salah satu cara untuk melestarikan budaya
trsdisional adalah sikap dan perilaku dari masyarakatnya sendiri. Jika
dalam diri setiap masyarakat terdapat jiwa nasionalis yang dominan,
melestarikan budaya tradisional merupakan suatu kebanggaan, tapi
generasi muda sekarang ini justru beranggapan yang sebaliknya, sehingga
mereka menggagap melestarikan budaya itu suatu paksaan. Jadi kelestarian
buadaya tradisional itu juga sangat bergantung pada jiwa nasionais
generasi mudanya.
Sebagai
para generasi muda penerus bangsa, jiwa dan sikap nasionalis sangatlah
diperlukan. Bukan hanya untuk kepentingan politik saja kita dituntut
untuk berjiwa nasionalis, tetapi dalam mempertahankan dan melestarikan
budayapun juga demikian. Kita butuh untuk menyadari bahwa untuk
mempertahankan budaya peninggalan sejarah itu tidak mudah. Butuh
pengorbanan yang besar pula. Oleh karenanya tak cukup apabila hanya ada
satu generasi muda yang mau untuk tapi yang lain masa bodoh. Dalam
melakukannya dibutuhkan kebersamaan untuk saling mendukung dan mengisi
satu sama lain. Dalam kata lain dalam menjaga kelestarian budaya juga
diperlukan kekompakan untuk saling mengisi dan mendukung.
Salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan beragam seni budaya
yang terdapat disetiap daerah sebelum seni budaya yang masih ada
tersebut punah adalah dengan melaksanakan:
2.5.1 Pendataan
2.5.2 Inventarisasi
2.5.3 Pendokumentasian
0 komentar:
Posting Komentar