Sabtu, 16 November 2013

BANAU Dalam Perang Jailolo Tahun 1914 (Pahlawan Yang Terlupakan)


Setiap masyarakat di Maluku Utara bila mendengar kata “BANAU”, maka konotasi yang akan timbul dalam pikiran pasti-lah nama salah seorang pejuang kemerdekaan yang sangat berani dan terang-terangan menentang penjajahan dan penindasan Kompeni Belanda, khususnya di wilayah Jailolo (Sekarang Kabupaten Halmahera Barat – Propinsi Maluku Utara). Konotasi kedua mungkin tertuju pada nama salah satu Batalyon Infanteri 732 di Ternate, Konotasi ketiga adalah nama salah satu jalan di kota Ternate dan konotasi yang lain misalnya tertuju pada nama salah satu sekolah setingkat SMTP di kota Ternate.
Pelestarian kebesaran nama Banau oleh orang Ternate (Maluku Utara) diimbuhkan pada konotasi-konotasi yang disebutkan di atas. Tapi sesungguhnya banyak diantara kita sudah sering mendengar ceritera kepahlawanan Banau yang melegenda tersebut, namun tidak banyak dari kita yang tahu bagaimana aspek kesejarahan dari peristiwa heroik tersebut. Bagi yang peduli akan nilai-nilai perjuangan yang ditunjukan oleh Banau, pastilah bertanya ; Bagaimana? Kapan? dan Dimana? peristiwa heroik itu terjadi? Dengan sumber data yang minim, penulis berusaha untuk mendeskripsikan peristiwa tersebut dalam bentuk artikel ini, mudah-mudahan ada manfaat buat pengunjung situs ini.

Pada awal tahun awal tahun 1900-an, di dataran Eropa sedang berkecamuk Parang Dunia ke-I. Negaranegara Eropa termasuk Belanda di daerah jajahannya khususnya di Indonesia juga melakukan persiapan-persiapan ke arah tersebut. Ketika Bangsa Jepang mampu menaklukkan wilayah Uni Soviet pada tahun 1905, maka bangsa-bangsa Eropa mulai segan terhadap apa yang terjadi di wilayah timur. Mereka mulai memperhitungkan adanya kebangkitan dari bangsa-bangsa Asia untuk melawan dominasi Barat.
Perang Jailolo yang terjadi di wilayah bekas kesultanan Jailolo di pulau Halmahera Maluku Utara, yang oleh masyarakat setempat sering disebut “Perang Tuada se Tudowongi” atau dalam bahasa daerah disebut dengan “ROGU LAMO JAILOLO” mengandung nilai perjuangan dan refleksi jiwa patriotisme masyarakat Maluku Utara terhadap bentuk penindasan atas hak-hak kemanusiaan masyarakat pribumi.
Yang dimaksud dengan “Perang Jailolo atau Rogu Lamo Jalolo” adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat Maluku Utara terhadap penindasan dan penjajahan bangsa Belanda di tanah air, khususnya di wilayah Jailolo. Sedangkan peristiwan tersebut bagi bangsa Belanda pada waktu itu, merupakan suatu peristiwa tragedi yang langsung mengancam segala kegiatan kompeni Belanda di distrik Jailolo.
Latar Belakang Timbulnya Perang Jailolo
Sejak Pemerintah langsung Belanda mengambil alih wilayah bekas VOC yang bangkrut pada tahun 1799 setelah merekrut kekayaan dari bumi Indonesia (1602-1799) maka strategi baru yang dicanangkan oleh Pemerintah Belanda di seluruh daerah jajahan adalah memperketat pelaksanaan Blasting (Pajak) dan Heredienst (Kerja Paksa), untuk memasok kekurangan di dalam negeri Belanda, terutama kesulitan moneter di dalam negeri dalam menghadapi pergolakan Perang Dunia ke-I di dataran Eropa. Tinginya penetapan pajak oleh Belanda ini memicu perlawanan dimana-mana.
Di Jailolo dan sekitarnya, masyarakat dengan tingkat kemiskinan yang hampir merata, tidak mampu melaksanakan kewajiban untuk kompeni tersebut bahkan sebagian besar tidak mau memaatuhinya. Pemerintah Belanda pada waktu itu (Gezaagheber) menanggapi situasi ini dengan sikap naik pitam. Rakyat yang bermukim di sekitar teluk Jailolo termasuk Tuada dan Tudowongi membangkang aturan kompeni atas kewajiban pajak dan kerja paksa. Mereka diancam, ditangkap dan dihukum oleh petugas Belanda yang berkuasa di Distrik Jailolo dalam hal ini Ambtenaar yang melaksanakan perintah atasannya yakni Gezaagheber=Hoofd V Plaatsliyke Bestuur (Kepala Pemerintahan setempat). Dengan segala tindakan kekerasan dan ancaman dari pihak Ambtenaar menumbuhkan sikap perlawanan dari rakyat Jailolo, mereka tidak tinggal diam begitu saja. Mereka bangkit secara spontanitas dan sporadis melawan kompeni Belanda, namun masih dalam skala kelompok-kelompok kecil dan tersebar di beberapa daerah di Jailolo.
Munculah seorang pemuda berani yang berasal dari desa Tuada yang bernama “BABA” dengan kejantanan dan keberaniannya berusaha melakukan upaya konsolidasi dengan pemimpin perlawanan di tempat-tempat lain di Jailolo dan sekitarnya. Banau mulai mangatur strategi dan menghimpun kekuatan untuk melawan pihak kompeni. Dalam suatu pertemuan rahasia yang bertempat di desa Tuada, Baba kemudian dipilih oleh mereka sebagai pemimpin perlawanan. Berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain ; kemampuan dan semangat yang dimiliki dalam diri Baba maka seluruh perwakilan dari beberapa desa di Jailolo memilih Banau sebagai pemimpin mereka dan memberi dia julukan BANAU = yang berasal dari kata Baba dan Nonau (Laki-laki/perkasa).
Banau mulai mengatur strategi untuk mengganggu iring-iringan petugas kompeni Belanda yang sedang bertugas memungut Balasting dan mentukan/memilih pemuda untuk dijadikan pekerja paksa. Anak buah Banau mengusir Ambtenaar Belanda hingga lari terbirit-birit, dan kemudian kembali ke markasnya di Gufasa untuk melaporkan kejadian penghadangan tersebut kepada atasannya. Pada hari-hari selanjutnya penghadangan ini terus dilakukan oleh kawan-kawan atas perintah Banau. Tidak jarang sering terjadi kejar mengejar antara penghadang dengan petugas kompeni Belanda.
Peristiwa Berdarah Pembunuhan Tuan AGERBEEK (Pejabat Gezaaghebber Jailolo)
Pada suatu pagi pada tanggal 12 September 1914 rakyat Jailolo berkumpul di sekitar kediaman Gezaaghebber Jailolo yang bernama Agerbeek tepatnya di rumah pos kediaman Kontroler Belanda tersebut. Tujuan mereka semula hanya berkumpul untuk menyampaikan rasa protes rakyat atas sikap kompeni belanda yang tidak toleransi dalam penagihan Pajak secara paksa terhadap rakyat Jailolo. Melihat situasi yang menghawatirkan, Tuan Agerbeek memerintahkan anak buahnya untuk menghalau massa yang telah berhimpun. Mereka memerintahkan rakyat yan berkumpul untuk menyerahkan senjata tajam dan tombak yang ada di genggamannya untuk segera dikumpulkan. Massa tidak menerima ultimatum ini dan marah sehingga mulai menyerang da merusak rumah pos yang ada serta membakar salah satu gudang di sebelah rumah kediaman pengasa Belanda tesebut. Massa pada hari massa yang dipimpin oleh Banau berteriak2 dan maju menerobos rintangan hingga sampai di kediaman Gezaaghebber Jailolo (tempat ini hingga beberapa tahun yang lalu menjadi kediaman camat Jailolo). Dengan kepanikan yang sangat tinggi, karena melihat begitu banyak massa yang sudah sejak pagi mengepung kediamannya, Gezaaghebber Jailolo menyembunyikan diri di atas loteng rumah kediamannya. Sementara di luar terdengar suara hiruk-piruk mengangkasa dari rakyat Jailolo yang yang sedang marah dan mengamuk. Masing-masing yang datang membawa serta parang, salawaku dan tombak terhunus seakan tidak sabar lagi mencari mangsa dan sasarannya. Sebagian dari mereka sudah menduduki halaman dan teras rumah kediaman Gezaaghebber Agerbheek. Banau berada di barisan terdepan dan memerintahkan beberapa anak buahnya menendang pintu kediaman dan menerobos masuk kedalam rumah, namun yang dicari tidak ditemukan. Melihat situasi ini, Banau dengan beberapa orang tersebut mengambil beberapa bilah tombak (sagu-sagu) sambil menusuk-nusuk ke atas loteng, ada beberapa anak buah Banau yang langsung naik ke atas rumah karena mereka mengetahui Gezaaghebber Agerbeek sedang bersembunyi di situ.
Keadaan sedemikian rupa, karena kesabaran rakyat Jailolo sudah tidak dapat dibendung lagi. Gezaaghebber Agerbeek dengan nekad hendak melompat dari loteng rumahnya ke tanah. Banau dengan parang terhunus telah siap menanti dari bawah. Saat Gezaaghebber Agerbeek mau akan melompat, dan bersamaan dengan itu suara pekik dan teriakan yang keluar dari mulut Banau adalah “Safa…Una” (sembelih… dia). Pedang pun terhunus ke dada Gezaagheber hingga tembus ke belakang kemudian dicincang lalu roboh ke tanah dan bersimbah darah.
Sebuah peristiwa yang belum pernah terjadi di bumi Maluku Utara sebelumnya, seorang pemimpin Belanda yang sangat ditakuti untuk wilayah sebuah distrik (Jailolo) terbunuh ketika itu juga. Ia kemudian dikuburkan disamping kantor/kediamannya tersebut. Sedangkan Ambtenaar Belanda yang lainnya lari terbirit-birit untuk menyelematkan dirinya dengan perahu ke Ternate pada malam hari itu juga untuk melaporkan kejadian berdarah tersebut kepada penguasa Belanda di Ternate dalam hal ini Asisten Residen dan Penguasa Militer yang disebut Kaptein Kota. Penguasa di Ternate memerintahkan untuk segera mempersiapkan bala bantuan militer agar segera dikirim ke Jailolo untuk memulihkan situasi.
Pada tanggal 14 September 1914, dua hari setelah peristiwa, bala bantuan kompeni Belanda tiba di Jailolo dari Ternate dengan menggunakan kapal perang S.S Van Overstraten yang berlabuh di perairan teluk Jailolo, Pasukan yang dipimpin oleh Letnan Ouweriling. Karena tidak bisa merapat ke pelabuhan Jailolo, pasukan digiring untuk mendarat dengan menggunakan sekoci-sekoci kecil. Namun dari pihak Banau dan kawan-kawan tidak sedikitpun gentar menghadapi situasi ini. Mereka dengan senjata sederhana menghadang dan terjadi pertumpahan darah di sekitar pelabuhan Jailolo, senjata api pun banyak berpindah tangan ke anak buah Banau, banyak korban berguguran di kedua belah pihak. Dalam pertempuran ini Letnan Ouweriling tewas menemui ajalnya di medan laga, sedangkan salah satu anak buah terbaiknya yang bernama Sersan Wort juga terluka parah dan kemudian dievakuasi ke Ternate. Perlengkapan perang, tambahan personil bala bantuan dan logistik terus dikirim ke Jailolo. Melihat situasi tidak memungkinkan, Banau menyingkir ke pedalaman dan melakukan satrategi “Gorela” atau dikenal dengan gerilya. Perang Jailolo tidak berlangsung lama, namun Belanda kewalahan dan tidak mampu menangkap dan menghadapi Banau dan anak buahnya yang menggnakan strategi taktis gorela-nya.
Upaya Penumpasan Pemberontakan Banau oleh Kompeni Belanda.
Pada saat-saat yang sangat genting dan rumit bagi pihak Belanda, yang mana di negerinya di dataran Eropa sana sedang berkecamuk Perang Dunia ke-I, sedangkan di dalah satu negeri di timur sini di Maluku Utara tepatnya di Jailolo sedang bergerilyanya banau dan kawan-kawan karena menuntut hak, martabat dan harga diri untuk bebas dan merdeka atas sejengkal tanah pusaka leluhurnya.
Pihak kompeni Belanda menyebarkan mata-mata dan kaki-tangannya ke pedalaman Jailolo, Susupu dan Sahu dan sekitarnya bahkan hingga sampai ke daerah Tobaru dan Ibu di selatan untuk melacak keberadaan Banau dan kawan-kawan serta perintah menangkap hidup-hidup atas diri Banau. Namun Banau telah menghilang tanpa jejak, namun masih tetap berada di sekitar hutan belantara Jailolo, ia tidak akan meninggalkan kampung halaman dan menghianati tanah leluhurnya. Kemana menghilangnya Banau? semua rakyat Jailolo bungkam seribu bahasa bila kompeni Belanda menanyakannya. Sebagian kawan-kawan Banau telah terperangkap oleh strategi kompeni Belanda dan akhirnya ditangkap, namun jejak Banau tidak pernah bisa dilacak oleh Belanda. Penguasa Belanda kewalahan menghadapi taktis strategi Banau yang menghilang puluhan hari lamanya namun yang membuat kompeni geram adalah Banau ternyata masih bisa memberikan komando jarak jauh dari tempat persembunyiannya. Banau dan beberapa orang pengikutnya masih bersembunyi di pegunungan Jailolo dan sedang dalam perjalanan menyusuri hutan belantara pegunungan Jailolo menuju ke desa Saria agar bisa menyeberangi laut menuju ke Ternate untuk menghadap Yang Mulia Sultan Ternate yang ia junjung, yaitu (Sultan Haji Muhammad Usman Syah) untuk menyerahkan diri. Banau sering berkata pada kawan-kawannya; “Lebih baik saya menyerahkan diri kepada Jou Kolano Kie se Gam toma Kadato dari pada saya menyerahkan diri kepada Kaso Bubudo Walanda“.
Banau Menyerahkan Diri
Pada suatu malam yang gelap gulita, Banau bersama dua orang pengikutnya dengan menggunakan perahu dari desa Saria Jailolo mendarat di batu angus Ternate dan dengan mengendap-ngendap terus menyusuri bebatuan untuk menghindari pantauan mata-mata kompeni Belanda yang sedang memburunya. Ia kemudian menyusuri hutan sekitar batu angus menuju Raki Kolano terus ke Buku Konora melewati hutan belantara pegunungan Ternate kemudian turun dari gunung menuju ke pendopo Keraton Sultan Ternate guna menghubungi pihak Bobato dalam hal ini Sowohi agar melapor kepada Sultan bahwa Banau telah tiba dari Jailolo untuk menyerahkan diri kepada Sultan Ternate. Setelah Sowohi melaporkan kepada Sultan atas permohonan penyarahan diri Banau tersebut, Sultan kemudian memberikan titah (istilah bahasa Ternate : Jou Nga Idin Uci) agar sang pemimpin pemberontakan di Jailolo segera dihadapkan kepada Sultan malam itu juga.
Pagi besok harinya seluruh seisi Istana Sultan Ternate gempar dengan kehadiran dan penyerahan diri Banau. Berita ini akhirnya sampai ke telinga penguasa Belanda di Ternate. Pihak penguasa Belanda amat marah atas penyerahan Banau kepada Sultan Ternate, bukan menyerahkan diri kepada Kompeni Belanda di Jailolo atau di Ternate. Mendengar hal tersebut kawan-kawan Banau d Jailolo yang sedang dalam tahan dihajar habis-habisan oleh Kompeni Belanda karena merahasiakan rencana penyerahan diri tersebut.
Dengan penyerahan diri Banau tersebut, tabir kecurigaan kompeni Belanda mulai terkuak. Pihak kompeni Belandaselama ini berkesimpulan bahwa Peristiwa Pemberontakan Jailolo yang dipimpin Banau didalangi oleh Sultan Ternate. Setelah menerima penyerahan diri Banau, Sultan Haji Muhammad Usman Syah telah memperhitungkan secara matang akibat yang akan dihadapinya pasca penyerahan diri Banau tersebut. Sultan langsung menyerahkan Banau kepada Penguasa Belanda di Ternate untuk diadili. Tahanan demi tahanan yang merupakan kawan-kawan Banau diangkut dari Jailolo ke Ternate untuk diadili.
Pihak Kompeni Belanda masih terus menerus mengerahkan segala kemampuan dan peralatan perang menumpas sisa-sisa pengikut Banau di Jailolo hingga ke pedalaman agar tidak meluas ke wilayah sekitarnya. Kompeni Belanda menakut-nakuti rakyat dengan melancarkan propaganda bahwa pemimpin kalian telah kami tangkap sehingga rakyat Jailolo semakin takut untuk melakukan pembangkangan terhadap kompeni.
Banau Dihukum Mati di Tiang Gantungan.
Segera setelah penyerahan Banau ke pihak Belanda di Ternate oleh Sultan Haji Muhammad Usman Syah, Mahkamah militer Belanda bersidang untuk mengadili Banau dan kawan-kawan dengan keputusan antara lain sebagai berikut :
1. Hukuman terhadap terdakwa Banau, sebagai otak dan pemimpin pemberontakan Perang Jailolo dijatuhi hukuman mati di atas tiang gantungan.
2. Hukuman terhadap terdakwa pelaksana makar, dijatuhi hukuman penjara selama 15 tahun ke atas dibuang ke Nusakambangan.
3. Hukuman terhadap para terdakwa sebagai pengikut/ peserta pemberontakan yang dijatuhi hukuman kurang dari 15 tahun, dijalankan di penjara Ternate.
Setelah pemberontakan perang Jailolo ditumpas habis oleh Kompeni Belanda, terdakwa-terdakwa telah dijatuhi hukuman setimpal dengan keterlibatannya, maka yang menjadi pertanyaan disini ; Dimanakah letak apa yang disebut dengan tiang gantungan untuk mengakhiri hidup seorang Banau?
Sudah dapat dibanyangkan, betapa hebatnya siasat kompeni Belanda untuk menakut-nakuti rakyat atas hukuman mati di atas tiang gantungan, apalagi hukuman mati tersebut dilaksanakan di depan umum, bahkan seluruh rakyat diperintahkan untuk menyaksikannya. Ini dimaksudkan agar supaya nyali rakyat menjadi ciut dan pemberontakan semacam itu tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.
Menurut cerita sebagian orang tua-tua bahwa lokasi ting gantungan itu ada dua versi atau dua kemungkinan, yakni :
1. Berada di Ternate, alasannya; 1) Kasus Banau disidangkan di Ternate, bukan di Jailolo. 2) Berdasarkan keputusan Mahkamah Militer Belanda, tiang gantungan dibuatkan di damping apa yang disebut ketika itu “Jembatan Residen“.
2. Berada di Jailolo, alasannya; Setelah keputusan disyahkan, serentak hukuman bagi setiap pelaku pemberontakan Perang Jailolo itu dilaksanakan. Mengingat peristiwa ini telah mengobarkan seorang Gezaaghebber Belanda yang ditugaskan oleh Pemerintah Kerajaan Belanda untuk wilayah Jailolo dan sekitarnya, maka ada kemungkinan agar rakyat Jailolo dan sekitarnya secara moral ditakut-takuti atas hukman mati di atas tiang gantungan itu tidak akan terulang lagi, maka (sekali lagi) menurut cerita orang tua-tua, tiang gantungan itu dipasang di depan kantor Gezaaghebber waktu itu, tepatnya dsamping sumber air panas.
Seorang Banau telah memberi corak baru atas peristiwa yang dikenal dengan Perang Jailolo pada tahun 1914, dengan mewarnai rasa patriotisme. Perang tidak berlangsung lama, akan tetapi Banau secara jantan telah memberi pukulan maut terhadap Kompeni Belanda . Nyawa banau telah direnggut dengan paksa di tiang gantungan. Jenazahnya diambil oleh keluarganya dan dimandikan, dikafankan kemudian dikebumikan. Kini makam pusaranya berada di tengah anak cucunya, sekitar samping belakang sekolah Jailolo.
Sultan Ternate Dituduh Kompeni Sebagai Dalang Perang Jailolo.
Pasca hukuman gantung atas diri Banau, peristiwa penangkapa dan pengasingan Sultan Ternate menjadi peristiwa yang tak kalah penting ……………………….
Artikel ini belum selesai, bersambung terus…..masih dalam proses pengetikan, maklum lagi libur panjang, istirahat total dulu…
Bagian terakhir; Proses penangkapan dan pengasingan Sultan Ternate ke bandung.
Penutup; Analisa Historiografi atas kajian ini…
Catatan : Double klik pada gambar untuk melihat ukuran besar…!

Rabu, 16 Oktober 2013


2.1     Pengertian Budaya Tradisional
          Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat & kemampuan lain serta kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan dikaji asal kata bahasa sansekerta berasal dari kata budhayah yang berarti budi atau akal.  Dalam bahasa latin, kebudayaan berasal dari kata Colere, yang berarti mengolah tanah. Jadi kebudayaan secara umum dapat diartikan sebagai “segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi (pikiran) manusia dengan tujuan untuk mengolah tanah atau tempat tinggalnya, atau dapat pula diartikan segala usaha manusia untuk dapat melangsungkan dan mempertahankan hidupnya didalam lingkungannya”. Budaya dapat pula diartikan sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari, mengacu pada pola-pola perilaku yang ditularkan secara sosial tertentu.
          Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengartikan kebudayaan sebagai peninggalan sejarah yang bersifat tradisional. Seperti tarian daerah, alat musik daerah, senjata tradisional, bahasa daerah, dan lain sebagainya. Di negara kita, hampir setiap propinsi memilki kebudayaan tradisionalnya sendiri. Oleh sebab itu negara kita dijuluki negara yang kaya akan budaya.

2.2     Jenis-jenis Budaya Tradisional
          Ada berbagai jenis budaya tradisional yang dimiliki oleh negara kita. Beberapa jenis budaya tradisional tersebut yaitu :
          2.2.1      Tarian Tradisional        : tarian khas yang memiliki arti penting karena fungsinya yang sangat mengutamakan suatu penghormatan.
          2.2.2      Bahasa Tradisional      : bahasa daerah yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap daerah            .
2.2.3      Pakaian Tradisional     : pakaian khas yang berbeda dari daerah satu dengan daerah lain.
2.2.4      Senjata Tradisional      : suatu senjata yang digunakan oleh penduduk suatu daerah. Orang jaman dulu sering menyebutnya gaman.
2.2.5      Alat Musik Tradisional: alat musik yang digunakan untuk mengiringi suatu lagu daerah atau biayasanya juga digunakan untuk mengiringi tarian tradisional.
2.2.6      Kesenian Tradisional   : sutu kesenian yang berasal dari suatu daerah tertentu dan menunjukkan ciri khas.


2.3     Budaya yang Sudah Mulai Hilang
            Perubahan budaya yang terjadi di dalam masyarakat tradisional, yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi masyarakat yang lebih terbuka, dari nilai-nilai yang bersifat homogen menuju pluralisme nilai dan norma social merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengubah dunia secara mendasar. Komunikasi dan sarana transportasi internasional telah menghilangkan batas-batas budaya setiap bangsa.
Peristiwa transkultural seperti itu mau tidak mau akan berpengaruh terhadap keberadaan kesenian kita. Padahal kesenian tradisional kita merupakan bagian dari khasanah kebudayaan nasional yang perlu dijaga kelestariannya. Di saat yang lain dengan teknologi informasi yang semakin canggih seperti saat ini, kita disuguhi oleh banyak alternatif tawaran hiburan dan informasi yang lebih beragam, yang mungkin lebih menarik jika dibandingkan dengan kesenian tradisional kita. Dengan parabola masyarakat bisa menyaksikan berbagai tayangan hiburan yang bersifat mendunia yang berasal dari berbagai belahan bumi.
Kondisi yang demikian mau tidak mau membuat semakin tersisihnya kesenian tradisional Indonesia dari kehidupan masyarakat Indonesia yang sarat akan pemaknaan dalam masyarakat Indonesia. Misalnya saja bentuk-bentuk ekspresi kesenian etnis Indonesia, baik yang rakyat maupun istana, selalu berkaitan erat dengan perilaku ritual masyarakat pertanian. Dengan datangnya perubahan sosial yang hadir sebagai akibat proses industrialisasi dan sistem ekonomi pasar, dan globalisasi informasi, maka kesenian kita pun mulai bergeser ke arah kesenian yang berdimensi komersial. Kesenian-kesenian yang bersifat ritual mulai tersingkir dan kehilangan fungsinya.
Pesatnya laju teknologi informasi atau teknologi komunikasi telah menjadi sarana difusi budaya yang ampuh, sekaligus juga alternatif pilihan hiburan yang lebih beragam bagi masyarakat luas. Akibatnya masyarakat tidak tertarik lagi menikmati berbagai seni pertunjukan tradisional yang sebelumnya akrab dengan kehidupan mereka. Misalnya saja kesenian tradisional wayang orang Bharata, yang terdapat di Gedung Wayang Orang Bharata Jakarta kini tampak sepi seolah-olah tak ada pengunjungnya. Hal ini sangat disayangkan mengingat wayang merupakan salah satu bentuk kesenian tradisional Indonesia yang sarat dan kaya akan pesan-pesan moral, dan merupakan salah satu agen penanaman nilai-nilai moral yang baik, menurut saya.  Contoh lainnya adalah kesenian Ludruk yang sampai pada tahun 1980-an masih berjaya di Jawa Timur sekarang ini tengah mengalami “mati suri”. Wayang orang dan ludruk merupakan contoh kecil dari mulai terdepaknya kesenian tradisional akibat globalisasi. Bisa jadi fenomena demikian tidak hanya dialami oleh kesenian Jawa tradisional, melainkan juga dalam berbagai ekspresi kesenian tradisional di berbagai tempat di Indonesia. Sekalipun demikian bukan berarti semua kesenian tradisional mati begitu saja dengan merebaknya globalisasi.
Di sisi lain, ada beberapa seni pertunjukan yang tetap eksis tetapi telah mengalami perubahan fungsi. Ada pula kesenian yang mampu beradaptasi dan mentransformasikan diri dengan teknologi komunikasi yang telah menyatu dengan kehidupan masyarakat, misalnya saja kesenian tradisional “Ketoprak” yang dipopulerkan ke layar kaca oleh kelompok Srimulat.  Kenyataan di atas menunjukkan kesenian ketoprak sesungguhnya memiliki penggemar tersendiri, terutama ketoprak yang disajikan dalam bentuk siaran televisi, bukan ketoprak panggung. Dari segi bentuk pementasan atau penyajian, ketoprak termasuk kesenian tradisional yang telah terbukti mampu beradaptasi dengan perubahan zaman.
Selain ketoprak masih ada kesenian lain yang tetap bertahan dan mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir  yaitu wayang kulit. Beberapa dalang wayang kulit terkenal seperti Ki Manteb Sudarsono dan Ki Anom Suroto tetap diminati masyarakat, baik itu kaset rekaman pementasannya, maupun pertunjukan secara langsung. Keberanian stasiun televisi Indosiar yang sejak beberapa tahun lalu menayangkan wayang kulit setiap malam minggu cukup sebagai bukti akan besarnya minat masyarakat terhadap salah satu khasanah kebudayaan nasional kita. Bahkan Museum Nasional pun tetap mempertahankan eksistensi dari kesenian tradisonal seperti wayang kulit dengan mengadakan pagelaran wayang kulit tiap beberapa bulan sekali dan pagelaran musik gamelan tiap satu minggu atau satu bulan sekali yang diadakan di aula Kertarajasa, Museum Nasional.



2.4     Penyebab Budaya Tradisional Hilang
            Budaya nasional yang seharusnya menjadi kebanggaan dan harusnya di pertahankan sekarang mulai hilang dikarenakan masuknya budaya asing (modern). Kita sebagai warga negara indonesia yang mempunyai hak penuh atas kebudayaan tersebut seharusnya melestarikannya bukan malah mengesampingkannya dengan berbagai alasan seperti  takut dibilang ketinggalan jaman, takut dibilang kupper, katrok, dan lain sebagainya.
Jika ditinjau melalui aspek global, globalisasi menjadi tantangan untuk semua aspek kehidupan juga yang terkait dengan kebudayaan. Budaya tradisional yang mencerminkan etos kerja yang kurang baik tidak akan mampu bertahan dalam era global. Era global menuntut kesiapan kita untuk siap berubah menyesuaikan perubahan zaman dan mampu mengambil setiap kesempatan. Budaya tradisional di Indonesia sebenarnya lebih kreatif dan tidak bersifat meniru, yang menjadi masalah adalah mempertahankan jati diri bangsa. Sebagai contoh sederhana, budaya gotong royong di Indonesia saat ini hampir terkikis habis, individual dan tidak mau tahu dengan orang lain adalah cerminan yang tampak saat ini. Perlu dipikirkan agar kebudayaan kita tetap dapat mencerminkan kepribadian \bangsa. Kebudayaan tradisional adalah sebuah warisan luhur.
Dalam era globalisasi, kebudayaan tradisional mulai mengalami erosi. Orang, anak muda utamanya lebih senang menghabiskan waktunya untuk mengakses internet dari pada mempelajari tarian dari kebudayaan sendiri. Orang akan merasa bangga ketika dapat menuru gaya berpakaian orang barat dan menganggap budayanya kuno dan ketinggalan. Globalisasi akan selalu memberikan perubahan, kita lah yang harus meneliti apakah budaya-budaya tersebut bersifat positif ataupun negatife.

2.5       Cara-cara Untuk Menjaga Kelestarian Budaya Tradisional
            Budaya yang dahulu tak ternilai harganya, kini justru menjadi budaya yang tak bernilai di mata masyarakat. Sikap yang tak menghargai itu memberikan dampak yang cukup buruk bagi perkembangan budaya tradisional di negara kita. Mengapa? Karena salah satu cara untuk melestarikan budaya trsdisional adalah sikap dan perilaku dari masyarakatnya sendiri. Jika dalam diri setiap masyarakat terdapat jiwa nasionalis yang dominan, melestarikan budaya tradisional merupakan suatu kebanggaan, tapi generasi muda sekarang ini justru beranggapan yang sebaliknya, sehingga mereka menggagap melestarikan budaya itu suatu paksaan. Jadi kelestarian buadaya tradisional itu juga sangat bergantung pada jiwa nasionais generasi mudanya.
            Sebagai para generasi muda penerus bangsa, jiwa dan sikap nasionalis sangatlah diperlukan. Bukan hanya untuk kepentingan politik saja kita dituntut untuk berjiwa nasionalis, tetapi dalam mempertahankan dan melestarikan budayapun juga demikian. Kita butuh untuk menyadari bahwa untuk mempertahankan budaya peninggalan sejarah itu tidak mudah. Butuh pengorbanan yang besar pula. Oleh karenanya tak cukup apabila hanya ada satu generasi muda yang mau untuk tapi yang lain masa bodoh. Dalam melakukannya dibutuhkan kebersamaan untuk saling mendukung dan mengisi satu sama lain. Dalam kata lain dalam menjaga kelestarian budaya juga diperlukan kekompakan untuk saling mengisi dan mendukung.
            Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menyelamatkan beragam seni budaya yang terdapat disetiap daerah sebelum seni budaya yang masih ada tersebut punah adalah dengan melaksanakan:
2.5.1    Pendataan
2.5.2    Inventarisasi
2.5.3    Pendokumentasian



Senin, 14 Oktober 2013

IDIOLOGI

DEOLOGI TERBUKA DAN IDEOLOGI TERTUTUP

Terdapat dua macam watak ideologi yakni ideologi tertutup dan ideologi terbuka.
           Ideologi tertutup adalah ideologi yang bersifat mutlak. Ideologi macam ini memiliki ciri:
a.       Bukan merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita sebuah kelompok yang digunakan sebagai dasar untuk mengubah masyarakat.
b.      Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara, ideologinya itu akan dipaksakan kepada masyarakat. Nilai-nilai, norma-norma, dan berbagai segi kehidupan masyarakat akan diubah sesuai dengan ideologi tersebut.
c.       Bersifat totaliter, artinya mencakup/mengurusi semua bidang kehidupan. Karena itu, ideologi tertutup ini cenderung cepat-cepat berusaha menguasai bidang informasi dan pendidikan, sebab kedua bidang tersebut merupakan sarana efektif untuk mempengaruhi perilaku masyarakat.
d.      Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak dihormati.
e.       Menuntut masyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan untuk berkorban bagi ideologi tersebut.
f.        Isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutan-tuntutan konkret dan operasional yang keras, mutlak dan total.
Sedangkan ideologi terbuka adalah ideologi yang tidak dimutlakkan. Ideologi macam ini memiliki ciri:
a.       Merupakan kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat (falsafah). Jadi, bukan keyakinan ideologis sekelompok orang melainkan kesepakatan masyarakat.
b.      Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri, ia adalah milik seluruh rakyat, dan bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan mereka.
c.       Isinya tidak langsung operasional. Sehingga, setiap generasi baru dapat dan perlu menggali kembali falsafah tersebut dan kembali mencari implikasinya dalam situasi kekinian mereka.
d.      Tidak pernah memperkosa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat, melainkan menginspirasi masyarakat untuk berusaha hidup bertanggung jawab sesuai dengan falsafah itu.
e.       Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama.
Bertolak dari ciri-ciri diatas, bisa dikatakan bahwa Pancasila memenuhi semua persyaratan sebagai ideologi terbuka. Hal ini dijelaskan, pertama, Pancasila adalah pandangan hidup yang berakar pada kesadaran masyarakat Indonesia. Kedua, Isi Pancasila tidak langsung operasional artinya kelima nilai dasar Pancasila itu berfungsi sebagai acuan dan dapat ditafsirkan untuk mencari implikasinya dalam kehidupan nyata. Ketiga, Pancasila bukan ideologi yang memperkosa kebebasan dan tanggung jawab masyarakat. Keempat, Pancasila juga bukan ideologi totaliter dan kelima, Pancasila menghargai pluralitas.
Meskipun Pacasila memiliki watak sebagai ideologi terbuka, harus diakui bahwa Pancasila pernah dijadikan sebagai ideologi tertutup. Pada masa orde baru Pancasila digunakan penguasa sebagai cara untuk melakukan tipu daya guna menyembunyikan, kepentingan, mendapatkan serta mempertahankan kekuasaan. Pengalaman itu memberikan pelajaran berharga bagi bangsa Indonesia: ketika dijadikan sebagai ideologi tertutup, Pancasila cenderung kehilangan daya tarik dan relevansinya.

Kamis, 10 Oktober 2013

BUMI itu bernyawa

BUMI

kami lahir dari rahim bumi
makan dari hasil bumi
hidup sampai besar di bumi dan ada yang meninggal
hingga di kuburkan di dalam bumi
tulang-tulang manusia sudah banyak di bumi ini
begitupulah darah manusia
kapan kalian menghargai bumi kapan kalian sadar bumi sangat
di butuhkan untuk anak cucu nantinya

sistem apa yang di anut
di semua negara
apa yang di mau
dan apa yang di inginkan

bumi itu bernyawa
dan isinya pun bernyawa
bahasa para tokoh2 legenda
tentang cahaya bumi mengalahkan matahari
ternyata ada di dalam kesadaran manusia yang lupa ada sesuatu di dalam diri manusia
cahaya keindahan dengan penuh rahasia

bila manusia dan manusia tak saling
mengingatkan dan slalu menghiraukan
maka bumi akan bertindak
dengan caranya
tsunami aceh,lumpur lapindo
gunung meletus korbanpun ribuan

hahaha manusia ,, apa yang kalian mau dari ku ( BUMI )
andri umamith

kapitalis VS komunis: sisi lain dari perjalanan politik kebangsaan

Berani, berani, sekali lagi………..Berani” kata- kata yang dilontarkan Dipa Nusantara Aidit Ketua CC PKI  disaat berpidato di depan simpatisan massa PKI yang pada waktu itu merayakan hari jadinya ke- 45. Sebuah kata- kata yang seolah- olah membawa kita kedalam kenangan Sejarah masa lalu, disaat kekuasaan Komunis mulai mengancam keberadaan Indonesia sebagai negara Pancasilais yang kini menjadi bahaya laten bagi perkembangan bangsa Indonesia pada saat ini. Hal yang berlainan justru ditunjukan oleh tokoh- tokoh kaum Intelektual Indonesia pada saat itu Mahasiswa Angakatan “66, yang berteriak atas nama rakyat, dan berjalan diatas kata- kata kebohongannya sebagai pelaku pergerakan moral bagi bangsa Indonesia, “Bahaya Laten Komunis, harus kita Basmi” begitu yang dilontarkan beberapa Aktivis Gerakan KAMI saat menuntut pembubaran PKI sebagai momok dalam perjuangan Mahasiswa, lalu siapakah kaum Kapitalis itu……..? apakah Mahasiswa yang Oppurtunis dan menindas rakyat Indonesia demi kepentingan organisasinya, ataukah orang- orang Kanan yang berpihak kekuasaan militer………..?
            Peristiwa demi peristiwa telah dilalui oleh bangsa Indonesia, disaat catatan pahit mulai tertulis pada sebuah ingatan kelam akan masa lalu, dimana penemuan dari sisi lain bangsa ini mencapai titik puncaknya pada perpindahan orde lama menuju orde baru, kebusukan demi kebusukan mulai ditorehkan lagi- lagi yang dilihat hanya sebagai sebuah kepentingan politik maupun pribadi dari para pemimpin bangsa ini. sisi lain dari segala peristiwa yang terjadi menjelang berakhirnya masa Orde Lama digantikan oleh Orde Baru dapat terlihat dari pengaruh dan pertarungan dua ideologi yang saling berlawanan, yaitu Ideologi Kapitalis VS Ideologi Komunis yang lebih Radikal dan Revolusioner. Hal ini dapat terlihat ketika paham Komunis itu mulai dihancurkan semenjak meletusnya peristiwa berdarah 30 September 1965 (Gestapu), pengaruh penguasaan kaum Kapital di Indonesia semakin kuat bahkan hingga berjalannya waktu pada akhir tahun 1998 pengaruh kaum Kapital yang menindas rakyat semakin kuat dengan adanya para Investor- investor asing yang merauk keuntungan yang sebesar- besarnya dan masyarakat Indonesia kembali kedalam penjajahan yang lebih menyakitkan daripada harus menjadi budak pada pemerintahan kolonial Belanda di Indonesia pada saat itu. Hal ini tentu saja memberikan pengaruh yang sangat kontras akan perlawanan Radikal dari Kaum Komunis yang menentang ideologi Kapitalis yang secara merambat masuk ke Indonesia setelah peristiwa berdarah tahun 1965. Manifesto politik yang mulai kembali melibatkan beberapa organisasi- organisasi pemuda yang berhaluan kiri yang sangat anti dengan pengaruh Kapitalis barat yang terlihat dalam sikap Revolusioner PKI dengan kalimat bersayap pembakar semangat “…..Inggris kita linggis, Amerika kita Setrika” adanya kata- kata penggerak yang selalu dikobarkan oleh PKI, dapat dilihat bahwa penentangan PKI terhadap pengaruh Kapitalisime barat sangatlah kuat sebagaimana yang selalu dikemukakan oleh Karl Marx tentang perlawanannya terhadap kaum Kapitalis.
Sebuah sorot politik yang teramat tajam dan sangat menjatuhkan lawan- lawan yang berhaluan kiri pada awal masa orde baru, ketika pergerakan Revolusioner diberedel, organ- organ pemuda yang bersuara atas nama rakyat tidak diberikan tempat untuk bersauara , masyarakat kembali terbelenggu dengan kekangan sistem kepura-puraan pemerintahan orde baru.  Apalagi kalau bukan demi sebuah politik dan kekayaan pribadi petinggi negara. Sehingga secara tidak langsung kemakmuran yang diberikan oleh para petinggi orde baru terhadap masyarakat merupakan Kemakmuran pura- pura, Demokratisasi pura- pura dan politik Kepalsuan yang digunakan pemerintah untuk menjajah dan mengkolonisasi Indonesia dengan sistem penjajahan Kapital. Begitu pentingnya pengaruh semangat Radikalisme dimiliki untuk melawan segala pengaruh kaum Kapital yang selalu menghadang di depan perlawanan kaum Intelektual Muda, PKI ternyata telah salah dalam  tindakannya sehingga masuk ke dalam perangkapnya sendiri pada peristiwa 30 September 1965, sebagaimana telah diketahui keberpihakan PKI terhadap Petani dan Buruh sangatlah kuat yang merupakan strategi untuk melakukan Revolusi di dalam pemerintahan orde lama sehingga banyak masyarakat yang melihat isu- isu kudeta yang akan dilancarkan PKI melihat dominasi militer semakin kuat di dalam pemerintahan orde lama.
            Dengan adanya hal ini pengaruh Eufaria yang sangat besar dari permainan politik dari kaum Kapitalis VS Komunis membawa perkembangan politik Indonesia pada titik balik perjuangan bangsa dimana sekali lagi peran Mahasiswa, Pemuda dan Masyarakat  sangatlah penting, “Bukan menganggap haluan Kiri, ataupun Kanan, melainkan memperjuangkan pergerakan moral menjadi hal yang sangat penting ketika kaum muda memaknai Sejarah, apa itu Sejarah dan bagaimana sisi lain dari Sejarah, yang di dalamnya selalu diwarnai intrik dan strategi untuk saling menjatuhkan yang dapat dikatakan sebagai sebuah  sisi lain dari politik kebangsaan yang ada………dimana kaum muda yang  bergerak menentukan nasib bangsanya, Kapitalis VS Komunis: sebuah realita permainan politik yang tiada habisnya”


PEMILIK MODAL (KAPITALIS)

Ekonomi kapitalis........???
Tahukah anda...  Apa yang dimaksud dengan ekonomi kapitalis....????
Kapitalis, berasal dari kata kapital ( capital ) yang berarti modal. Berarti kata kapitalis berarti modal. Jadi paham kapitalis adlah paham yang meyakini bahwa pemilik modal yang melakukan usahanya untuk meraih keuntungan yang sebesar besarnya.
Dengan adanya prinsip tersebut, maka pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna keuntungan bersama. Tetapi paham tersebut hanya berlaku untuk individual. Dan intervensi pemerintah dilakukan secara besar besaran untuk kepentingan pribadi.
Paham kapitalis lahir dari pemikiran seseorang filsuf berkebangsaan skotlandia yang menjadi pelopor ilmu ekonomi modern. Dia adalah jhon adam smith ( 1723-1790). Buku yang terkenal adalah wealth of nation. Yang berisi tentang perkembangan industri dan perekonomian barat kala itu. Sehingga Adam smith dijuluki bapak ekonomi dunia.
Paham kapitalis mengganggap bahwa ‘’ Barang siapa yang yang mempunyai modal yang banyak, dialah yang berkuasa’’. Serta ‘’ Dengan modal sekecil kecilnya, untuk mendapatkan untungh yang sebesar besarnya’’. Paham tersebut tidak berdampak merata kepada seluruh lapisan masyarakat, tetapi hanya high class saja yang untung , tetapi sebaliknya untuk lower class akan sangat dirugikan. Dan kaum yang dirugikan itu apabila tidak memiliki modal untuk bangkit dan akan terus terjerembab dan terjebak dalam jurang kemiskinan dan kemelaratan dan begitu pula sebaliknya......
MAIN QUESTION :
‘’ SETUJUKAH ANDA DENGAN SISTEM EKONOMI KAPITALIS ? ‘’
            Seperti yang kita ketahui, ekonomi kapitalis menjunjung tinggi kepuasan individual semata, tidak melihat dengan teliti apa yang akan terjadi kepada masyarakat kelas bawah yang akan melarat. Sebelum saya mengetahui larangan dalam islam tentang perekonomian. Saya menganggap bahwa sistem ekonomi kapitalis itu benar adanya, karena menurut saya sudah terpaku kepada untung semata, tidak memakai hukum yang ada.
Sebagai mahasiswa syariah yang telah mendalami perbedaan kapitalis dan syariah mengatakan sebaliknya, bahwa ekonomi kapitalis itu tidak harus untuk diikuti dan tidak setuju dengan sistem ekonomi kapitalis yang kami ketahui. Kerena ekonomi kapitalis menpunyai 10 kerugian yang akan terjadi.

10 KERUGIAN DARI SISTEM EKONOMI KAPITALIS
1.      PROPAGANDA
Kita tidak bisa melarikan diri dari kapitalis. Karena itu ada dimana mana. Di setiap billboard, TV, internet, kita akan terus melihat orang yang memberitahukan kita untuk membeli sesuatu. Ketika hal yang itu dilakukan. Itulah propaganda.
2.      KEDIKTATORAN
Kita sebagai warga yang baik, tidak mungkin membela kediktatoran dalam pemerintahan, tetapi kenapa kebanyakn memuja kediktatoran ditempat kerja ?. karena bos dibayar dengan gaji tinggi, berapapun mereka hanya melihat dan mengawasi. Sedangkan pekerja penghasil produktif dibayar dengan gaji yang seminim mungkin. Dan tetap dibawah kontrol kuat sang manager.
3.      PERANG
Penyebab terjadinya serangan dan ekspansi yang terjadi belakangan ini adalah bukti kuat dan nyata dari pengaruh kapitalis. Kerena membuat berita yang sedemikian rupa agar letusan perang antara 2 kubu terus terjadi dan mereka dapat meraup untung yang banyak.
4.      POLUSI
Polusi ada karena banyak pabrik yang berdiri. Dengan banyaknya pabrik yang banyak itu, maka makin banyak polusi yang merusak lingkungan. Dan para pembesar pabrik tidak mau mengurangi pargin pabriknya serta melakukan pemeliharaan karena akan mengurangi margin keuntungan.
5.      NON-DEMOKRATIS
dalam demokrasi, satu orang punya sati suara. Dan ini tak terjadi dalam kapitalis. Suara\rakyat dengan jumlah banyak, opini publik bahkan tak berlaku. Banyak yang mendengar dari dari pengusaha yang mempunyai bisnis besar agar bisa mengambil keuntungan besar.
6.      BAHAYA
Seringkali perusahaan memangkas biaya keselamatan, mengurangi suasana peralatan untuk keselamatan kerja untuk memangkas biaya produksi.
7.      ANTI – SOSIAL
Dibawah sistem kapitalis, keuntungan jauh lebih besar dari sosialis. Mereka ( para kapitalis ) cendrung menghemat uang dari yang namanya self priority ( prioritas diri sendiri ) mereka cendrung pelit untuk mengeluarkan sedikit dari kekayaan untuk sosial.
8.      KELAPARAN
Ada kelebihan, ya pasti ada pula kekurangan. Sebenarnya ada begitu banyak makanan dan cukup untuk memberi makan seluruh populasi penduduk, tetapi kapitaliuslah yang menjadi salalh satu penyebab pendistribusian tidak merata.
9.      RIBA
Sistem kapitalis itu tegak diatas landasan riba, sedangkan riba adalah penyakit yang membuat dunia menderita.
10.  KETIDAKPASTIAN
Dari sudut apapun kita melihat, tidak akan ada kesetaraan dalam kapitalis. Yang kaya makin kaya sehingga menginjak yang miskin.


PRINSIP DASAR PERGERAKAN KOMUNITAS TAKY
                                               Tuwala-Kabaya      
Berkarya untuk moloku kie raha

(Kebudayaan adalah hak rakyat karna rakyat-lah satu-satunya pencipta kebuayaan).
Moloku kie raha adalah simbol kebersamaan politik yang di bangun untuk mempertahan- kan daerah moloku kie raha dari sistim kolonialisme dan imprialisme barat yang mau merampas kekayaan alam dan mau merubah sistim kebudayaan yang ada di moloku kie raha, mulai dari abad ke-17 sampai sekarang daerah kita yang kaya akan kekayaan alam ini selalu di kuras dan sedikit sekali rakyat moloku kie raha mendapatkan hasilnya.
Bahan dasar masyarakat menciptakan kebudayaan adalah alam,
Sistim politik dan sistim pemerintahan yang ada di moloku kie raha sudah tidak lagi memperhatikan tentang masalah kebudayaan,, sehingga dari situlah sistim kebersamaan dalam unsur kebudayaan makin lama makin hancur , contoh kasus: adalah pertikaian antar agama di tahn 1999 dan 2000 yang merusakan kebersamaan antar agama yang telah lama di tata sangat rapi di  tanah ini.
Maksud dan tujuan rumusan dari prinsip dasar pergerakan komunitas TAKY yaitu untuk mempertahankan semua kebudayaan yang bisa membuat rakyat produktif  yaitu berawal dari pendidikan yang mengutamakan kebersamaan dengan rakyat  ( belajar bersama rakyat dan jadikan karya sebagai pendidikan yang mudah di serap oleh rakyat ) kebersamaan gotong royong menjadi roh untuk hidup di tengah-tengah rakyat dan berkarya di tengah-tengah rakyat